Berawal dari pengalaman tidak cermat menggunakan uang belanja, kami sempat bingung ke mana saja uang mengalir.Pastinya kami tidak menggunakannya untuk hal yang tidak penting, tapi rupanya membelanjakan uang dalam hal-hal penting juga perlu di-manage. saya ingat pepatah arab
mengatakan : من اشترى ما لا يحتاج باع ما يحتاح
“barang siapa membeli barang yang tidak dia perlu, (suatu masa) dia akan menjual barang yang justru sedang diperlukannya”
Contohnya, misal saat ini beli kalung belum perlu karena masih punya kalung lama, kalau dia perturutkan keinginannya,suatu saat bisa-bisa dia jual motor yang justru sangat diperlukan suaminya untuk bekerja. Makanya, Al Ghazali membedakan antara al haajah (kebutuhan) dengan al iradah (keinginan). Makanya kalau kita perhatikan semua teori tentang perencanaan keuangan selalu fokus pada kebutuhan.Kenapa ? sebab keinginan tidak terbatas, raja konglomerat sekalipun bila selalu memperturutkan kepengen -nya pasti habis hartanya.
Sejak itu saya sarankan istri saya memakai rumus ini - saya dapat dari pak Antonio Syafi’i, P.hd yang telah dimodifikasi :
1. Ambil dulu kewajiban rutin, misal : listrik, gas, spp anak, bensin, dll yang memang tiap bulan stabil pengeluarannya.
2. Bagi yang ingin menabung, mau menabung berapa bulan ini, pisahkan.
3. Bagi yang ingin berinfak, mau berinfak berapa bulan ini, pisahkan
4. Bagi yang ingin menambah modal, mau tambah berapa bulan ini, pisahkan.
5. Sisanya uang belanja, atur secara kreatif. Itulah uang riil kita yang bisa dipergunakan untuk perut.
Rumus :uang belanja = uang gaji - ( tagihan bulanan + zakat (2,5%) + infak + modal investasi + tabungan)
Kenapa kita harus belajar mengatur pengeluaran ? Saya teringan di akhirat nanti hanya satu yang dihisab (diperiksa) dengan dua pemeriksaan, yaitu harta. Yang lain seperti umur, kesehatan, dll hanya ditanyakan untuk apa kau gunakan. Sedangkan harta ada dua pertanyaan dari mana didapat dan ke mana dibelanjakan. Input dan out put-nya diperiksa. Dalam urusan dunia juga harusnya begitu, kita harus belajar dua hal cara mendapatkan dan cara
membelanjakan bila kita ingin punya aset seperti rumah,tanah , dll. Bukankah rumusannya adalah : selisih =pendapatan - pengeluaran ? Apa jadinya kita kalau tidak pandai mendapatkan penghasilan tapi amat pandai
mengeluarkannya. Bisa-bisa kita selamanya tidak pernah punya rumah permanen walau kecil. Ingat, asset selalu dibeli dari selisih penghasilan.
LIHAT FAMILY BUDGET PLAN DI ATTACH......btw utk attachment dimana yach.
mengatakan : من اشترى ما لا يحتاج باع ما يحتاح
“barang siapa membeli barang yang tidak dia perlu, (suatu masa) dia akan menjual barang yang justru sedang diperlukannya”
Contohnya, misal saat ini beli kalung belum perlu karena masih punya kalung lama, kalau dia perturutkan keinginannya,suatu saat bisa-bisa dia jual motor yang justru sangat diperlukan suaminya untuk bekerja. Makanya, Al Ghazali membedakan antara al haajah (kebutuhan) dengan al iradah (keinginan). Makanya kalau kita perhatikan semua teori tentang perencanaan keuangan selalu fokus pada kebutuhan.Kenapa ? sebab keinginan tidak terbatas, raja konglomerat sekalipun bila selalu memperturutkan kepengen -nya pasti habis hartanya.
Sejak itu saya sarankan istri saya memakai rumus ini - saya dapat dari pak Antonio Syafi’i, P.hd yang telah dimodifikasi :
1. Ambil dulu kewajiban rutin, misal : listrik, gas, spp anak, bensin, dll yang memang tiap bulan stabil pengeluarannya.
2. Bagi yang ingin menabung, mau menabung berapa bulan ini, pisahkan.
3. Bagi yang ingin berinfak, mau berinfak berapa bulan ini, pisahkan
4. Bagi yang ingin menambah modal, mau tambah berapa bulan ini, pisahkan.
5. Sisanya uang belanja, atur secara kreatif. Itulah uang riil kita yang bisa dipergunakan untuk perut.
Rumus :uang belanja = uang gaji - ( tagihan bulanan + zakat (2,5%) + infak + modal investasi + tabungan)
Kenapa kita harus belajar mengatur pengeluaran ? Saya teringan di akhirat nanti hanya satu yang dihisab (diperiksa) dengan dua pemeriksaan, yaitu harta. Yang lain seperti umur, kesehatan, dll hanya ditanyakan untuk apa kau gunakan. Sedangkan harta ada dua pertanyaan dari mana didapat dan ke mana dibelanjakan. Input dan out put-nya diperiksa. Dalam urusan dunia juga harusnya begitu, kita harus belajar dua hal cara mendapatkan dan cara
membelanjakan bila kita ingin punya aset seperti rumah,tanah , dll. Bukankah rumusannya adalah : selisih =pendapatan - pengeluaran ? Apa jadinya kita kalau tidak pandai mendapatkan penghasilan tapi amat pandai
mengeluarkannya. Bisa-bisa kita selamanya tidak pernah punya rumah permanen walau kecil. Ingat, asset selalu dibeli dari selisih penghasilan.
LIHAT FAMILY BUDGET PLAN DI ATTACH......btw utk attachment dimana yach.