Sejak lama kita meyakini bahwa mengkonsumsi vitamin C secara
teratur mampu membuat diri kita terhindar dari flu. Tapi penelitian
terbaru justru mengatakan, mengkonsumsi vitamin C secara rutin hanya
memberikan efek pencegahan yang sangat kecil. Meski begitu, vitamin ini
sangat berguna bagi seseorang yang melakukan aktivitas di tempat
dingin, seperti pemain ski ekstrim atau pendaki gunung.
Temuan ini bertolak belakang dengan keyakinan banyak orang bahwa
suplemen vitamin C meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah penyakit.
Keyakinan tersebut mulai meluas pada 1970 sejak dipublikasikannya buku
Vitamin C and the Common Cold karangan Linus Pauling, ahli kimia
terkemuka yang juga penerima hadiah Nobel.
Di beberapa negara, dosis yang dianjurkan berkisar dari 60-90
miligram. Tapi, dari penghitungan Pauling, rata-rata setiap orang
membutuhkan 1.000 miligram atau lebih setiap harinya.
"Buku Pauling sangat berpengaruh, tapi saya percaya bahwa kebanyakan
orang tidak memperoleh manfaat yang besar dari serangan flu dengan
mengkonsumsi secara rutin," kata Robert Douglas dari Universitas
Nasional Australia di Canberra.
Untuk membuktikannya, Douglas dan Harri Hemilä, dari Universitas
Helsinki, Finlandia mempelajari 55 penelitian dari tahun 1940 hingga
2004. Penelitian ini dibandingkan dengan pengaruh sekitar 200 miligram
yang diberikan rutin dengan yang tidak diberikan.
Dari 23 penelitian yang menelaah pencegahan penyakit dalam suatu
populasi, keduanya menunjukkan bahwa konsumsi rutin vitamin C tidak
mengurangi resiko tekena flu. Di lain pihak, mereka menemukan bahwa
lama waktu terkena flu semakin pendek, meskipun hanya menurun sekitar 8
persen bagi orang dewasa, dan 14 persen bagi anak-anak. Oleh karena
itu, menurut para peneliti, anjuran untuk mengkonsumsi vitamin C dosis
tinggi setiap hari tidak terlalu beralasan.
Meskipun demikian, orang-orang yang menderita tekanan fisik yang
ekstrim karena suhu yang sangat dingin memperoleh manfaat yang
signifikan jika mengkonsumsi vitamin C. Penelitian terhadap para pemain
ski, tentara, dan pelari maraton menunjukkan bahwa konsumsi rutin
vitamin C dapat mengurangi kemungkinan terkena flu hingga setengahnya.
"Saya tidak dapat memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi. Tapi,
manfaat vitamin C hanya berpengaruh bagi sebagian kecil manusia yang
berhasil diamati. Tidak dapat dikatakan bermanfaat secara keseluruhan,"
kata Douglas.
Jadi, pertimbangkan lagi jika ingin mengkonsumsi vitamin C secara
rutin hanya untuk mencegah flu. Menurut Hemilä, rata-rata orang dewasa
hanya terkena flu sekali dalam setahun. Menambah suplemen vitamin C
setiap hari untuk mencegahnya tidak masuk akal.
Begitu pula dengan pertimbangan bahwa mengkonsumsi vitamin C saat
tanda-tanda flu muncul dapat memperpendek sakit. Penelitian ini tidak
dapat membuktikan bahwa hal tersebut berhubungan. Kecuali, pada satu
penelitian yang memberikan dosis sangat tinggi (8 gram) pada hari
pertama terkena tanda-tanda flu.
"Secara umum, tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa dosis
tinggi tidak memberikan banyak pengaruh setelah flu menyerang," kata
Douglas. "Tapi, saya masih tetap membuka kemungkinan bahwa dosis yang
sangat tinggi yang diberikan secepatnya ketika tanda-tanda flu muncul,
bisa memberikan efek yang berguna untuk mengatasi penyakit."
Temuan ini masuk dalam journal PLoS Medicine edisi minggu ini.(Nature.com/NewScientist.com/Wah)
teratur mampu membuat diri kita terhindar dari flu. Tapi penelitian
terbaru justru mengatakan, mengkonsumsi vitamin C secara rutin hanya
memberikan efek pencegahan yang sangat kecil. Meski begitu, vitamin ini
sangat berguna bagi seseorang yang melakukan aktivitas di tempat
dingin, seperti pemain ski ekstrim atau pendaki gunung.
Temuan ini bertolak belakang dengan keyakinan banyak orang bahwa
suplemen vitamin C meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah penyakit.
Keyakinan tersebut mulai meluas pada 1970 sejak dipublikasikannya buku
Vitamin C and the Common Cold karangan Linus Pauling, ahli kimia
terkemuka yang juga penerima hadiah Nobel.
Di beberapa negara, dosis yang dianjurkan berkisar dari 60-90
miligram. Tapi, dari penghitungan Pauling, rata-rata setiap orang
membutuhkan 1.000 miligram atau lebih setiap harinya.
"Buku Pauling sangat berpengaruh, tapi saya percaya bahwa kebanyakan
orang tidak memperoleh manfaat yang besar dari serangan flu dengan
mengkonsumsi secara rutin," kata Robert Douglas dari Universitas
Nasional Australia di Canberra.
Untuk membuktikannya, Douglas dan Harri Hemilä, dari Universitas
Helsinki, Finlandia mempelajari 55 penelitian dari tahun 1940 hingga
2004. Penelitian ini dibandingkan dengan pengaruh sekitar 200 miligram
yang diberikan rutin dengan yang tidak diberikan.
Dari 23 penelitian yang menelaah pencegahan penyakit dalam suatu
populasi, keduanya menunjukkan bahwa konsumsi rutin vitamin C tidak
mengurangi resiko tekena flu. Di lain pihak, mereka menemukan bahwa
lama waktu terkena flu semakin pendek, meskipun hanya menurun sekitar 8
persen bagi orang dewasa, dan 14 persen bagi anak-anak. Oleh karena
itu, menurut para peneliti, anjuran untuk mengkonsumsi vitamin C dosis
tinggi setiap hari tidak terlalu beralasan.
Meskipun demikian, orang-orang yang menderita tekanan fisik yang
ekstrim karena suhu yang sangat dingin memperoleh manfaat yang
signifikan jika mengkonsumsi vitamin C. Penelitian terhadap para pemain
ski, tentara, dan pelari maraton menunjukkan bahwa konsumsi rutin
vitamin C dapat mengurangi kemungkinan terkena flu hingga setengahnya.
"Saya tidak dapat memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi. Tapi,
manfaat vitamin C hanya berpengaruh bagi sebagian kecil manusia yang
berhasil diamati. Tidak dapat dikatakan bermanfaat secara keseluruhan,"
kata Douglas.
Jadi, pertimbangkan lagi jika ingin mengkonsumsi vitamin C secara
rutin hanya untuk mencegah flu. Menurut Hemilä, rata-rata orang dewasa
hanya terkena flu sekali dalam setahun. Menambah suplemen vitamin C
setiap hari untuk mencegahnya tidak masuk akal.
Begitu pula dengan pertimbangan bahwa mengkonsumsi vitamin C saat
tanda-tanda flu muncul dapat memperpendek sakit. Penelitian ini tidak
dapat membuktikan bahwa hal tersebut berhubungan. Kecuali, pada satu
penelitian yang memberikan dosis sangat tinggi (8 gram) pada hari
pertama terkena tanda-tanda flu.
"Secara umum, tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa dosis
tinggi tidak memberikan banyak pengaruh setelah flu menyerang," kata
Douglas. "Tapi, saya masih tetap membuka kemungkinan bahwa dosis yang
sangat tinggi yang diberikan secepatnya ketika tanda-tanda flu muncul,
bisa memberikan efek yang berguna untuk mengatasi penyakit."
Temuan ini masuk dalam journal PLoS Medicine edisi minggu ini.(Nature.com/NewScientist.com/Wah)