Jika selama ini wanita yang terinfeksi HIV dilarang memberi ASI pada bayinya untuk mencegah penularan, maka yang terjadi di Afrika justru
sebaliknya. Bayi-bayi yang disusui ASI secara eksklusif oleh ibu yang terinfeksi HIV justru tidak tertular.
Dalam penelitian yang hasilnya dipublikasikan dalam Lancet Medical Journal, diketahui wanita-wanita yang terinfeksi HIV di Afrika memberi ASI eksklusif kepada bayinya tanpa diberi susu formula dan makanan tambahan lainnya. Sebanyak 1.372 wanita terinfeksi HIV positif dilibatkan dalam penelitian ini dan ditemukan hanya empat persen bayi yang tertular human immunodeficiency virus (virus HIV) karena mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan setelah dilahirkan.
Bayi yang diberi ASI tetapi juga mendapat susu formula atau susu binatang, kemungkinan dua kali lebih besar tertular virus dari ibunya, dibandingkan dengan bayi yang hanya mendapat ASI eksklusif. Sementara itu bayi yang mendapat makanan tambahan disamping ASI, peluang terinfeksinya 11 kali lebih besar.
Para ahli menduga hal ini terjadi karena alasan biologi. Menurut mereka, selaput lendir yang melapisi usus dan kandungan dari ASI menjadi
lapisan pertahanan agar tubuh tidak terinfeksi HIV. Seperti diketahui komponen utama pada ASI yang disebut prebiotik memang memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Penelitian tersebut juga menemukan angka kematian bayi berusia tiga bulan yang mendapat ASI eksklusif hanya setengah dibandingkan dengan bayi yang hanya mendapat susu botol. Sebanyak 15 persen bayi dari ibu terinfeksi dan tidak disusui meninggal di usia tiga bulan, sedangkan bayi yang disusui eksklusif hanya 6 persen yang meninggal.
Wanita hamil terinfeksi HIV sangat berisiko menularkan penyakit itu kepada janinnya. Setelah melahirkan pun bayi tidak disarankan untuk diberi ASI karena dikhawatirkan air susu dari ibu yang terinfeksi juga mengandung virus.
Kondisi di sub Sahara Afrika memang jauh dari kondisi kesehatan yang ideal. Pemberian susu formula justru tidak menyehatkan karena susu formula dicampur dengan air yang tidak bersih dengan sanitasi yang buruk. Kondisi tersebut tentu membuat bayi lebih rentan terkena berbagai
penyakit dan memiliki sistem kekebalan tubuh rendah. Sehingga masuk akal jika bayi yang mendapat ASI lebih kuat terhadap infeksi.
Menurut Dr.Nigel Rollins dari Universitas KwaZulu Natal, di Afrika Utara diperkirakan 150.000 - 350.000 bayi terinfeksi HIV setiap tahunnya.
Dengan hasil studi ini, ia menyarankan agar bayi yang ibunya terinfeksi HIV dan tinggal di area yang standar kesehatannya rendah untuk
diberikan ASI eksklusif. "Dengan pemberian ASI secara eksklusif, kita bisa menyelamatkan hidup 50.000 - 10.000 bayi setiap tahunnya," katanya.
Sejak pertama kali virus HIV ditemukan tahun 1981, sebanyak 25 juta orang di seluruh dunia meninggal karena virus ini. Sekitar 40 juta orang kini hidup dengan HIV di wilayah sub Sahara Afrika.
sebaliknya. Bayi-bayi yang disusui ASI secara eksklusif oleh ibu yang terinfeksi HIV justru tidak tertular.
Dalam penelitian yang hasilnya dipublikasikan dalam Lancet Medical Journal, diketahui wanita-wanita yang terinfeksi HIV di Afrika memberi ASI eksklusif kepada bayinya tanpa diberi susu formula dan makanan tambahan lainnya. Sebanyak 1.372 wanita terinfeksi HIV positif dilibatkan dalam penelitian ini dan ditemukan hanya empat persen bayi yang tertular human immunodeficiency virus (virus HIV) karena mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan setelah dilahirkan.
Bayi yang diberi ASI tetapi juga mendapat susu formula atau susu binatang, kemungkinan dua kali lebih besar tertular virus dari ibunya, dibandingkan dengan bayi yang hanya mendapat ASI eksklusif. Sementara itu bayi yang mendapat makanan tambahan disamping ASI, peluang terinfeksinya 11 kali lebih besar.
Para ahli menduga hal ini terjadi karena alasan biologi. Menurut mereka, selaput lendir yang melapisi usus dan kandungan dari ASI menjadi
lapisan pertahanan agar tubuh tidak terinfeksi HIV. Seperti diketahui komponen utama pada ASI yang disebut prebiotik memang memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Penelitian tersebut juga menemukan angka kematian bayi berusia tiga bulan yang mendapat ASI eksklusif hanya setengah dibandingkan dengan bayi yang hanya mendapat susu botol. Sebanyak 15 persen bayi dari ibu terinfeksi dan tidak disusui meninggal di usia tiga bulan, sedangkan bayi yang disusui eksklusif hanya 6 persen yang meninggal.
Wanita hamil terinfeksi HIV sangat berisiko menularkan penyakit itu kepada janinnya. Setelah melahirkan pun bayi tidak disarankan untuk diberi ASI karena dikhawatirkan air susu dari ibu yang terinfeksi juga mengandung virus.
Kondisi di sub Sahara Afrika memang jauh dari kondisi kesehatan yang ideal. Pemberian susu formula justru tidak menyehatkan karena susu formula dicampur dengan air yang tidak bersih dengan sanitasi yang buruk. Kondisi tersebut tentu membuat bayi lebih rentan terkena berbagai
penyakit dan memiliki sistem kekebalan tubuh rendah. Sehingga masuk akal jika bayi yang mendapat ASI lebih kuat terhadap infeksi.
Menurut Dr.Nigel Rollins dari Universitas KwaZulu Natal, di Afrika Utara diperkirakan 150.000 - 350.000 bayi terinfeksi HIV setiap tahunnya.
Dengan hasil studi ini, ia menyarankan agar bayi yang ibunya terinfeksi HIV dan tinggal di area yang standar kesehatannya rendah untuk
diberikan ASI eksklusif. "Dengan pemberian ASI secara eksklusif, kita bisa menyelamatkan hidup 50.000 - 10.000 bayi setiap tahunnya," katanya.
Sejak pertama kali virus HIV ditemukan tahun 1981, sebanyak 25 juta orang di seluruh dunia meninggal karena virus ini. Sekitar 40 juta orang kini hidup dengan HIV di wilayah sub Sahara Afrika.