Benarkah membaca dalam cahaya temaram bisa mengganggu penglihatan? Bagaimana dengan menonton TV terlalu dekat? Mengapa sebaiknya kita minum delapan gelas air sehari? Banyak jawaban yang bisa kita dapat melalui informasi dari mulut ke mulut, atau dari internet. Benar atau tidaknya, tak bisa dijamin! Bahkan, kadang-kadang perbedaan antara fakta dan fiksi sudah begitu kabur akibat terlalu banyaknya mitos yang beredar. Padahal, sebaiknya kita hanya percaya pada informasi kesehatan yang benar-benar akurat, dari sumber yang terpercaya. Dan inilah kebenaran di balik berbagai mitos yang selama ini sering dipertukarkan di segala kesempatan, tapi mungkin telah menipu kita.
[b]Aturan "belum 5 menit (jatuh)" aman dilakukan[/b]
[b]Fiksi. [/b]
Tidak ada makanan yang masih sehat kalau sudah jatuh ke lantai, meski cuma 1 detik sekalipun. Kontaminasi bakteri berlangsung sangat cepat. Bahkan, lebih cepat daripada gerakan refleks kita. Dalam penelitian terbarunya, Paul Dawson, ilmuwan bidang makanan dari Clemson University, sengaja mengontaminasi lantai keramik, lantai kayu, dan karpet, dengan bakteri Salmonella. Kemudian Paul dan murid-muridnya menjatuhkan beberapa potong roti ke lantai tersebut selama 5-60 detik. Setelah diteliti, makanan yang jatuh selama 5 detik ternyata telah terkontaminasi 1800 bakteri. Sedangkan makanan yang jatuh selama 1 menit, jumlah bakterinya meningkat 10 kali lipat. Bagaimana jika makanan dibiarkan jatuh sampai 5 menit?
[b]Anjuran: [/b]
Kecuali Anda selalu membersihkan lantai setiap jam dengan cairan antikuman, sebaiknya makanan yang sudah jatuh dibuang saja. Jangan juga berpikir kalau meja dapur itu bersih. Paul pun menemukan bahwa Salmonella dapat bertahan selama 4 minggu. "Buah, sayur, dan unggas, adalah makanan yang paling mudah terkena bakteri ini," kata Paul lebih lanjut.
[b]Membunyikan buku-buku jari bisa menyebabkan artritis[/b]
[b]Fiksi. [/b]
Kalau Anda menderita osteoartritis, itu tak ada hubungannya dengan kebiasaan membunyikan persendian tangan. Mount Carmel Mercy Hospital di Amerika Serikat membandingkan 74 orang (usia 45 tahun ke atas) yang punya kebiasaan membunyikan jari-jari tangannya dengan 226 orang yang tidak memiliki kebiasaan tersebut. Hasilnya, tidak ada perbedaan risiko osteoartritis pada kedua kelompok tersebut. Tetapi ada baiknya kalau kita menghentikan kebiasaan yang mengganggu tersebut. Beberapa penelitian ilmiah mengatakan kalau kebiasaan membunyikan persendian jari-jari tangan bisa menyebabkan lemahnya genggaman tangan dan mengurangi ketangkasan jari-jemari kita. Osteoartritis sendiri lebih disebabkan oleh faktor usia dan genetik.
[b]Anjuran: [/b]
Coba alihkan rasa gelisah dengan melakukan kegiatan yang melibatkan tangan, misalnya dengan menggambar atau mencoret-coret kertas. Kalau masih juga tidak bisa berhenti, pasang karet gelang di pergelangan tangan. Setiap kali melakukan kebiasaan buruk tersebut, jepret diri Anda sendiri. Tetapi yang paling utama adalah menemukan sumber stres dan membereskannya.
[b]Mencelupkan makanan ke saus dua kali bisa menyebarkan kuman[/b]
[b]Fakta. [/b]
Mencelupkan keripik atau penganan lain ke saus, menggigitnya, lalu mencelupkannya lagi, memang bisa menyebarkan kuman. Apalagi kalau saus tersebut dinikmati beramai-ramai. Masih menurut penelitian Paul Dawson dari Clemson University, kebiasaan berulangkali mencelupkan makanan bisa memindahkan ribuan bakteri saliva ke saus. Limapuluh hingga seratus di antaranya akan menulari penganan yang bersih, yang kemudian akan berakhir di mulut orang lain. Masih belum diketahui berapa lama bakteri saliva bisa bertahan, atau apakah bakteri itu bisa mengakibatkan infeksi dalam saluran pencernaan kita.
[b]Anjuran:
[/b]Sebaiknya kita agak berhati-hati kalau mau menikmati penganan bersaus bersama teman-teman. Apalagi kalau dinikmati di akhir pesta. Sisa-sisa saus di pinggir dan dasar mangkuk justru yang paling tercemar kuman penyakit. Paul juga mengatakan kalau terutama kita harus berhati-hati dengan saus yang bentuknya cair. Semakin cair sausnya, semakin tinggi risiko penyebaran bakteri. Sebagai contoh, saus tomat lebih sedikit menyebarkan bakteri dibanding kecap.
[b]
Minuman ringan berkola bisa merusak ginjal[/b]
[b]Fakta. [/b]
Terlepas dari ketenarannya, minuman berkola tidak termasuk jenis minuman sehat. Minum 475 ml atau lebih minuman berkola dalam sehari (jenis diet atau regular), bisa meningkatkan risiko gangguan ginjal, demikian menurut penelitian National Institute of Health terhadap 900 relawan. Para ilmuwan menegaskan bahwa mengonsumsi minuman ringan berkola bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti gangguan ginjal (hipertensi, diabetes, dan batu ginjal). Para ilmuwan juga mencurigai kandungan asam fosfor yang terdapat dalam jenis minuman tersebut sebagai biang keladinya. Asam fosfor bisa mempengaruhi urin hingga menyebabkan batu ginjal. Beberapa penelitian lain menyebutkan kalau kola juga mengurangi kadar kepadatan tulang yang menyebabkan osteoartritis.
[b]Anjuran:
[/b]Kalau masih ingin minum minuman bersoda, lebih baik pilih yang tanpa rasa kola. Intinya, menurut National Institute of Health, minuman soda tidak berkola tidak memiliki efek yang sama terhadap ginjal. Tetapi sebaiknya tetaplah hindari minuman soda, bahkan yang tidak mengandung gula sekalipun. Ingat, minuman manis erat hubungannya dengan kenaikan berat badan.
[b]
Mengonsumsi madu bisa mengobati alergi[/b]
[b]Masih belum jelas. [/b]Teorinya kedengaran masuk akal. Lebah di sekitar kita memakan serbuk sari bunga yang sama jenisnya dengan yang bisa membuat kita bersin-bersin atau mengalami gatal di mata. Dan, serbuk bunga itu juga terdapat di dalam madu, sehingga bisa memperkuat daya tahan kita terhadap alergen tersebut. Madu dari serbuk sari adalah bahan dasar yang digunakan lebah untuk membuat madu di sarangnya.
[b]Benarkah demikian?[/b] "Masih belum diketahui. Tidak ada penelitian berkenaan dengan hal tersebut," kata Leonard Bielory, MD, direktur bagian riset asma dan alergi di New Jersey Medical School, Amerika Serikat. Tentu saja, proses yang serupa juga bisa menjelaskan terjadinya alergi. Misalnya, lebah itu sempat hinggap di berbagai tanaman yang berpotensi menimbulkan gatal, seperti semak penyebab gatal, lalu membuat orang yang mengonsumsi madu yang "dicemari" oleh racun tanaman itu mengalami gatal-gatal juga. Namun, ada juga rumor yang mengatakan bahwa kandungan manis yang terdapat dalam madu membantu tubuh kita membangun kekebalan terhadap reaksi akibat tanaman penyebab gatal tersebut.
[b]Anjuran: [/b]
Kalau memang menderita alergi, minumlah obat yang dianjurkan oleh dokter. Tetap nikmati madu buatan lokal. Madu memiliki kandungan pemanis yang baik bagi kesehatan, sekaligus berguna sebagai antibiotik alami.
[b]Aturan "belum 5 menit (jatuh)" aman dilakukan[/b]
[b]Fiksi. [/b]
Tidak ada makanan yang masih sehat kalau sudah jatuh ke lantai, meski cuma 1 detik sekalipun. Kontaminasi bakteri berlangsung sangat cepat. Bahkan, lebih cepat daripada gerakan refleks kita. Dalam penelitian terbarunya, Paul Dawson, ilmuwan bidang makanan dari Clemson University, sengaja mengontaminasi lantai keramik, lantai kayu, dan karpet, dengan bakteri Salmonella. Kemudian Paul dan murid-muridnya menjatuhkan beberapa potong roti ke lantai tersebut selama 5-60 detik. Setelah diteliti, makanan yang jatuh selama 5 detik ternyata telah terkontaminasi 1800 bakteri. Sedangkan makanan yang jatuh selama 1 menit, jumlah bakterinya meningkat 10 kali lipat. Bagaimana jika makanan dibiarkan jatuh sampai 5 menit?
[b]Anjuran: [/b]
Kecuali Anda selalu membersihkan lantai setiap jam dengan cairan antikuman, sebaiknya makanan yang sudah jatuh dibuang saja. Jangan juga berpikir kalau meja dapur itu bersih. Paul pun menemukan bahwa Salmonella dapat bertahan selama 4 minggu. "Buah, sayur, dan unggas, adalah makanan yang paling mudah terkena bakteri ini," kata Paul lebih lanjut.
[b]Membunyikan buku-buku jari bisa menyebabkan artritis[/b]
[b]Fiksi. [/b]
Kalau Anda menderita osteoartritis, itu tak ada hubungannya dengan kebiasaan membunyikan persendian tangan. Mount Carmel Mercy Hospital di Amerika Serikat membandingkan 74 orang (usia 45 tahun ke atas) yang punya kebiasaan membunyikan jari-jari tangannya dengan 226 orang yang tidak memiliki kebiasaan tersebut. Hasilnya, tidak ada perbedaan risiko osteoartritis pada kedua kelompok tersebut. Tetapi ada baiknya kalau kita menghentikan kebiasaan yang mengganggu tersebut. Beberapa penelitian ilmiah mengatakan kalau kebiasaan membunyikan persendian jari-jari tangan bisa menyebabkan lemahnya genggaman tangan dan mengurangi ketangkasan jari-jemari kita. Osteoartritis sendiri lebih disebabkan oleh faktor usia dan genetik.
[b]Anjuran: [/b]
Coba alihkan rasa gelisah dengan melakukan kegiatan yang melibatkan tangan, misalnya dengan menggambar atau mencoret-coret kertas. Kalau masih juga tidak bisa berhenti, pasang karet gelang di pergelangan tangan. Setiap kali melakukan kebiasaan buruk tersebut, jepret diri Anda sendiri. Tetapi yang paling utama adalah menemukan sumber stres dan membereskannya.
[b]Mencelupkan makanan ke saus dua kali bisa menyebarkan kuman[/b]
[b]Fakta. [/b]
Mencelupkan keripik atau penganan lain ke saus, menggigitnya, lalu mencelupkannya lagi, memang bisa menyebarkan kuman. Apalagi kalau saus tersebut dinikmati beramai-ramai. Masih menurut penelitian Paul Dawson dari Clemson University, kebiasaan berulangkali mencelupkan makanan bisa memindahkan ribuan bakteri saliva ke saus. Limapuluh hingga seratus di antaranya akan menulari penganan yang bersih, yang kemudian akan berakhir di mulut orang lain. Masih belum diketahui berapa lama bakteri saliva bisa bertahan, atau apakah bakteri itu bisa mengakibatkan infeksi dalam saluran pencernaan kita.
[b]Anjuran:
[/b]Sebaiknya kita agak berhati-hati kalau mau menikmati penganan bersaus bersama teman-teman. Apalagi kalau dinikmati di akhir pesta. Sisa-sisa saus di pinggir dan dasar mangkuk justru yang paling tercemar kuman penyakit. Paul juga mengatakan kalau terutama kita harus berhati-hati dengan saus yang bentuknya cair. Semakin cair sausnya, semakin tinggi risiko penyebaran bakteri. Sebagai contoh, saus tomat lebih sedikit menyebarkan bakteri dibanding kecap.
[b]
Minuman ringan berkola bisa merusak ginjal[/b]
[b]Fakta. [/b]
Terlepas dari ketenarannya, minuman berkola tidak termasuk jenis minuman sehat. Minum 475 ml atau lebih minuman berkola dalam sehari (jenis diet atau regular), bisa meningkatkan risiko gangguan ginjal, demikian menurut penelitian National Institute of Health terhadap 900 relawan. Para ilmuwan menegaskan bahwa mengonsumsi minuman ringan berkola bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti gangguan ginjal (hipertensi, diabetes, dan batu ginjal). Para ilmuwan juga mencurigai kandungan asam fosfor yang terdapat dalam jenis minuman tersebut sebagai biang keladinya. Asam fosfor bisa mempengaruhi urin hingga menyebabkan batu ginjal. Beberapa penelitian lain menyebutkan kalau kola juga mengurangi kadar kepadatan tulang yang menyebabkan osteoartritis.
[b]Anjuran:
[/b]Kalau masih ingin minum minuman bersoda, lebih baik pilih yang tanpa rasa kola. Intinya, menurut National Institute of Health, minuman soda tidak berkola tidak memiliki efek yang sama terhadap ginjal. Tetapi sebaiknya tetaplah hindari minuman soda, bahkan yang tidak mengandung gula sekalipun. Ingat, minuman manis erat hubungannya dengan kenaikan berat badan.
[b]
Mengonsumsi madu bisa mengobati alergi[/b]
[b]Masih belum jelas. [/b]Teorinya kedengaran masuk akal. Lebah di sekitar kita memakan serbuk sari bunga yang sama jenisnya dengan yang bisa membuat kita bersin-bersin atau mengalami gatal di mata. Dan, serbuk bunga itu juga terdapat di dalam madu, sehingga bisa memperkuat daya tahan kita terhadap alergen tersebut. Madu dari serbuk sari adalah bahan dasar yang digunakan lebah untuk membuat madu di sarangnya.
[b]Benarkah demikian?[/b] "Masih belum diketahui. Tidak ada penelitian berkenaan dengan hal tersebut," kata Leonard Bielory, MD, direktur bagian riset asma dan alergi di New Jersey Medical School, Amerika Serikat. Tentu saja, proses yang serupa juga bisa menjelaskan terjadinya alergi. Misalnya, lebah itu sempat hinggap di berbagai tanaman yang berpotensi menimbulkan gatal, seperti semak penyebab gatal, lalu membuat orang yang mengonsumsi madu yang "dicemari" oleh racun tanaman itu mengalami gatal-gatal juga. Namun, ada juga rumor yang mengatakan bahwa kandungan manis yang terdapat dalam madu membantu tubuh kita membangun kekebalan terhadap reaksi akibat tanaman penyebab gatal tersebut.
[b]Anjuran: [/b]
Kalau memang menderita alergi, minumlah obat yang dianjurkan oleh dokter. Tetap nikmati madu buatan lokal. Madu memiliki kandungan pemanis yang baik bagi kesehatan, sekaligus berguna sebagai antibiotik alami.