[b]Wanita Indonesia Paling Sering Terkena Kanker Payudara[/b]
[hide]Kanker payudara paling sering dialami wanita di Indonesia, setelah kanker mulut rahim. Di Indonesia, setiap tahun ada 100 wanita dari 100.000 penduduk yang terkena kanker payudara.
Hal itu dijelaskan Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD KHOM, ahli penyakit dalam RSCM dalam diskusi terbatas yang diselenggarakan PT Roche Indonesia, baru-baru ini.
Kalau melihat data WHO, lanjut Dr. Zubairi,ada sekitar 1,2 Juta wanita yang didiagnosis menderita kanker payudara, di tahun 2004 lalu.
"Di Amerika sendiri, diperkirakan sekitar 215.990 wanita didiagnosis menderita kanker payudara invasif (stadium I-IV) dan 59.390 lainnya didiagnosis dengan kanker payudara tingkat dini," kata Dr. Zubairi.
Sementara itu, pada pria, kanker payudara juga mungkin saja hinggap, walaupun jumlah kasusnya sangat kecil, yaitu sekitar 1450 pada tahun 2004 lalu.
[b]
Terapi Kanker Payudara[/b]
Bagaimanapun, kanker payudara harus mendapatkan perawatan dan pengbatan yang serius karena tingginya resiko terhadap para penderitanya. Pengobatan kanker payudara ini biasanya memang memanfaatkan beberapa kombinasi terapi, yaitu misalnya dengan pembedahan, kemoterapi, radioterapi, antibodi monoklonal dan terapi hormonal.
"Kalau terapi primer adalah dengan pembedahan dan operasi untuk mengangkat tumor, terutama pada stadium awal. Lalu baru disusul dengan kemoterapi.Kalau stadiumnya sudah lanjut, sebenarnya kemoterapilah yang lebih berperan," tegas Dr Zubairi.
[b]Kadang Masih Kambuh[/b]
Ahli penyakit dalam ini menambahkan, meski seluruh tumor yang ada di payudara sudah diangkat, tidak berarti penderitanya bisa sembuh total. dalam beberapa kasus selalu ada saja sisa sel kanker yang tertinggal dan tidak terdeteksi, sehingga akhirnya menimbulkan kekambuhan. Sebab itu, sangat penting dilakukan terapi ajuvan, yaitu menggunakan radioterapi, kemoterapi dan terapi hormonal.
"Kemoterapi itu sebenarnya lebih sebagai upaya menghentikan sel kanker dengan menggunakan obat-obatan. kemoterapi sistematik ini diberikan menggunakan suntikan ke dalam pembuluh darah balik, infus atau diminum sehingga bisa mencapai sel kanker di seluruh tubuh," ujar Dr Zubairi.
Diakuinya, banyak pasien takut menjalani kemoterapi karena khawatir banyaknya efek samping seperti mual, muntah, rambut rontok dan penurunan drastis jumlah sel darah sehingga mudah terjadi infeksi.
"Efek samping ini terjadi karena obat kemoterapi selain berefek pada sel kanker juga berefek pada sel-sel normal lainnya yang punya sifat mirip sel kanker, yaitu kecepatan pembelahannya tinggi, seperti sel-sel darah, rambut dan sel yang melapisi saluran pencernaan," demikian Dr Zubairi Djoerban. (Lily Bertha Kartika)
[/hide]
Silahkan Reply dahulu utk melihat isi topik ini
[hide]Kanker payudara paling sering dialami wanita di Indonesia, setelah kanker mulut rahim. Di Indonesia, setiap tahun ada 100 wanita dari 100.000 penduduk yang terkena kanker payudara.
Hal itu dijelaskan Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD KHOM, ahli penyakit dalam RSCM dalam diskusi terbatas yang diselenggarakan PT Roche Indonesia, baru-baru ini.
Kalau melihat data WHO, lanjut Dr. Zubairi,ada sekitar 1,2 Juta wanita yang didiagnosis menderita kanker payudara, di tahun 2004 lalu.
"Di Amerika sendiri, diperkirakan sekitar 215.990 wanita didiagnosis menderita kanker payudara invasif (stadium I-IV) dan 59.390 lainnya didiagnosis dengan kanker payudara tingkat dini," kata Dr. Zubairi.
Sementara itu, pada pria, kanker payudara juga mungkin saja hinggap, walaupun jumlah kasusnya sangat kecil, yaitu sekitar 1450 pada tahun 2004 lalu.
[b]
Terapi Kanker Payudara[/b]
Bagaimanapun, kanker payudara harus mendapatkan perawatan dan pengbatan yang serius karena tingginya resiko terhadap para penderitanya. Pengobatan kanker payudara ini biasanya memang memanfaatkan beberapa kombinasi terapi, yaitu misalnya dengan pembedahan, kemoterapi, radioterapi, antibodi monoklonal dan terapi hormonal.
"Kalau terapi primer adalah dengan pembedahan dan operasi untuk mengangkat tumor, terutama pada stadium awal. Lalu baru disusul dengan kemoterapi.Kalau stadiumnya sudah lanjut, sebenarnya kemoterapilah yang lebih berperan," tegas Dr Zubairi.
[b]Kadang Masih Kambuh[/b]
Ahli penyakit dalam ini menambahkan, meski seluruh tumor yang ada di payudara sudah diangkat, tidak berarti penderitanya bisa sembuh total. dalam beberapa kasus selalu ada saja sisa sel kanker yang tertinggal dan tidak terdeteksi, sehingga akhirnya menimbulkan kekambuhan. Sebab itu, sangat penting dilakukan terapi ajuvan, yaitu menggunakan radioterapi, kemoterapi dan terapi hormonal.
"Kemoterapi itu sebenarnya lebih sebagai upaya menghentikan sel kanker dengan menggunakan obat-obatan. kemoterapi sistematik ini diberikan menggunakan suntikan ke dalam pembuluh darah balik, infus atau diminum sehingga bisa mencapai sel kanker di seluruh tubuh," ujar Dr Zubairi.
Diakuinya, banyak pasien takut menjalani kemoterapi karena khawatir banyaknya efek samping seperti mual, muntah, rambut rontok dan penurunan drastis jumlah sel darah sehingga mudah terjadi infeksi.
"Efek samping ini terjadi karena obat kemoterapi selain berefek pada sel kanker juga berefek pada sel-sel normal lainnya yang punya sifat mirip sel kanker, yaitu kecepatan pembelahannya tinggi, seperti sel-sel darah, rambut dan sel yang melapisi saluran pencernaan," demikian Dr Zubairi Djoerban. (Lily Bertha Kartika)
[/hide]
Silahkan Reply dahulu utk melihat isi topik ini
Last edited by Vivian on 15/01/09, 08:19 am; edited 1 time in total