Menu sarapan yang satu ini tidak hanya bikin kenyang tapi juga bingung. Belasan lauk yang hangat mengepul disajikan prasmanan. Tinggal dipilih, ditaruh di atas kepalan nasi hangat beralas daun jati. Siraman kuah semur tahu yang gurih manis plus cocolan sambal iris yang pedas benar-benar terasa sedap dan [i]uenaak![/i]
Matahari baru saja menyembul dari ufuk kota udang tetapi saya sudah merasa lapar berat. Tawaran breakfast buffet di hotel yang menggiurkan dan lengkap ternyata tak mampu mengalahkan rasa kangen saya pada nasi jamblang. Nasi rames yang aslinya berasal dari daerah Jamblang ini memiliki keunikan karena nasinya selalu dibungkus daun jati. Ada dua lokasi yang pernah saya singgahi dan keduanya punya kelebihan.
Pagi pertama dengan menumpang becak, sayapun diantar ke warung nasi jamblang Mang Dul yang ada di depan Grage Mall, Jalan . Menempati ruko sederhana, baru pukul 6 pagi warung pun sudah ramai disesaki pengunjung. Semuanya mengermuni meja yang ada di sudut kanan.
Lauk-paukpun dijajarkan di atas baskom-baskom. Setelah mengambil satu bungkus nasi putih bebrungkus daun jati dan piring plastik untuk alas, siaplah saya 'berburu' lauk. Dimulai dari pepes jamur, tempe goreng tepung, tahu dan tempe goreng, telur ceplok, semur ikan, sate telur puyuh, otak goreng, ikan asin jambal roti, perkedel, oseng kerang, sate kentang dan berakhir dengan sambal iris yang merah dan semur tahu yang berkuah kecokelatan.
Wah, setelah saya pilih 4 jenis lauk ternyata nasi sudah tak tampak lagi, tekubur lauk-pauk. Semuanya panas mengepul. Duduk di bangku kayu panjang, sayapun mulai menikmati sarapan. Segelas teh tawar hangatpun langsung disodorkan sebagai compliment.
Suapan pertama, nasi bercampur kuah semur yang hangat plus gigitan tempe goreng tepung terasa renyah dan sedap. Cocolan sambal iris yang lumayan menggigitpun membuat saya lahap menuntaskan satai telur puyuh, satai kentang plus oseng kerang yang menjadi pelengkap sarapan.
Hasilnya? Tentu saja kenyang sekali. Teh tawar hangat menjadi penutup yang pas buat sarapan nikmat ini. Harga yang dibayarkan juga tidak terlalu mahal karena semua lauk rata-rata Rp 1.000 per potong. Si mas penghitungpun seolah tak henti menekan angka 1 di kalkulatornya dengan kecepatan tinggi. Hasilnya, sarapan berdua sampai kekenyangan Rp 19.000 saja.
Pagi kedua saya masih kegandrungan nasi jamblang. Kali ini sasaran saya nasi jamblang Pelabuhan. Ya, bernama demikian karena terletak di dekat pelabuhan Cirebon di dekat taman Ade Irma Suryani. Tulisan 'Nasi Jamblang Buka' di sebuah papan menandakan warung buka. Warung berlokasi agak terselip, melalui pintu kecil barulah sampai ke sebuah rumah sederhana beralas semen dengan cat biru yang sudah mengelupas.
Ternyata, sudah ada beberapa orang yang berdatangan dan makan meskipun baru pukul 6 pagi. Meja tempat lauk agak menjorok ke dalam dan kecil. Kesannya memang sedikit kumuh dibandingkan lokasi mang Dul. Sayapun mulai mengecek ’pameran’ lauk yang dijajarkan di atas meja.
Jenis lauk-pauknya hampir sama dengan warung mang Dul. Hanya saja saya lihat satai kentang dan telur puyuh diberi bumbu lebih kental, terlihat dari gumpalan bumbu yang menempel di sela-sela telur dan kentang. Ada yang sedikit berbeda, ada sotong berbumbu hitam yang terselip di ujung meja. Ola..la, ini dia kesukaan saya! Tanpa banyak komentar 2 buah sotongpun saya pindahkan ke piring.
Gigitan pertama perkedel kentang terasa renyah dan aroma lembut palapun tercium dari kepulannya. Ini yang sedikit berbeda dari perkedel mang Dul. Juga si sotong hitam, meskipun agak liat rasa gurih sotong terasa sangat kuat. Nyam.nyam…sarapan gaya nasi rames Cirebon inipun saya tuntaskan.
Saya akui racikan lauk nasi jamblang versi pelabuhan memang bumbunya lebih berani dan nonjok dibandingkan dengan nasi jamblang legendaris mang Dul. Jadi, kalau suka yang lebih 'tenang' bumbunya racikan mang Dul pasti lebih pas ditambah lagi lokasinya strategis dan bersih. Kalau suka gaya asli 'home cooking' Cirebonan memang nasi jamblang pelabuhan cocok sebagai pilihan.
Wah, sayapun tak berkeberatan untuk makan lagi di kedua warung ini. Selain sedap, harganya juga murah. Harga di nasi jamblang pelabuhan juga tak jauh berbeda, rata-rata Rp. 1.000 per lauk. Nah, sebaiknya kalau mampir ke Cirebon, cicipi saja keduanya dan rasakan sensasinya!
[b]
Nasi Jamblang Mang Dul
Jl. Cipto Mangunkusumo 3 atau
Di depan Grage Mal
Cirebon
Nasi Jamblang Pelabuhan
Sebelah taman Ade Irma Suryani
Dekat pelabuhan Cirebon[/b]
Matahari baru saja menyembul dari ufuk kota udang tetapi saya sudah merasa lapar berat. Tawaran breakfast buffet di hotel yang menggiurkan dan lengkap ternyata tak mampu mengalahkan rasa kangen saya pada nasi jamblang. Nasi rames yang aslinya berasal dari daerah Jamblang ini memiliki keunikan karena nasinya selalu dibungkus daun jati. Ada dua lokasi yang pernah saya singgahi dan keduanya punya kelebihan.
Pagi pertama dengan menumpang becak, sayapun diantar ke warung nasi jamblang Mang Dul yang ada di depan Grage Mall, Jalan . Menempati ruko sederhana, baru pukul 6 pagi warung pun sudah ramai disesaki pengunjung. Semuanya mengermuni meja yang ada di sudut kanan.
Lauk-paukpun dijajarkan di atas baskom-baskom. Setelah mengambil satu bungkus nasi putih bebrungkus daun jati dan piring plastik untuk alas, siaplah saya 'berburu' lauk. Dimulai dari pepes jamur, tempe goreng tepung, tahu dan tempe goreng, telur ceplok, semur ikan, sate telur puyuh, otak goreng, ikan asin jambal roti, perkedel, oseng kerang, sate kentang dan berakhir dengan sambal iris yang merah dan semur tahu yang berkuah kecokelatan.
Wah, setelah saya pilih 4 jenis lauk ternyata nasi sudah tak tampak lagi, tekubur lauk-pauk. Semuanya panas mengepul. Duduk di bangku kayu panjang, sayapun mulai menikmati sarapan. Segelas teh tawar hangatpun langsung disodorkan sebagai compliment.
Suapan pertama, nasi bercampur kuah semur yang hangat plus gigitan tempe goreng tepung terasa renyah dan sedap. Cocolan sambal iris yang lumayan menggigitpun membuat saya lahap menuntaskan satai telur puyuh, satai kentang plus oseng kerang yang menjadi pelengkap sarapan.
Hasilnya? Tentu saja kenyang sekali. Teh tawar hangat menjadi penutup yang pas buat sarapan nikmat ini. Harga yang dibayarkan juga tidak terlalu mahal karena semua lauk rata-rata Rp 1.000 per potong. Si mas penghitungpun seolah tak henti menekan angka 1 di kalkulatornya dengan kecepatan tinggi. Hasilnya, sarapan berdua sampai kekenyangan Rp 19.000 saja.
Pagi kedua saya masih kegandrungan nasi jamblang. Kali ini sasaran saya nasi jamblang Pelabuhan. Ya, bernama demikian karena terletak di dekat pelabuhan Cirebon di dekat taman Ade Irma Suryani. Tulisan 'Nasi Jamblang Buka' di sebuah papan menandakan warung buka. Warung berlokasi agak terselip, melalui pintu kecil barulah sampai ke sebuah rumah sederhana beralas semen dengan cat biru yang sudah mengelupas.
Ternyata, sudah ada beberapa orang yang berdatangan dan makan meskipun baru pukul 6 pagi. Meja tempat lauk agak menjorok ke dalam dan kecil. Kesannya memang sedikit kumuh dibandingkan lokasi mang Dul. Sayapun mulai mengecek ’pameran’ lauk yang dijajarkan di atas meja.
Jenis lauk-pauknya hampir sama dengan warung mang Dul. Hanya saja saya lihat satai kentang dan telur puyuh diberi bumbu lebih kental, terlihat dari gumpalan bumbu yang menempel di sela-sela telur dan kentang. Ada yang sedikit berbeda, ada sotong berbumbu hitam yang terselip di ujung meja. Ola..la, ini dia kesukaan saya! Tanpa banyak komentar 2 buah sotongpun saya pindahkan ke piring.
Gigitan pertama perkedel kentang terasa renyah dan aroma lembut palapun tercium dari kepulannya. Ini yang sedikit berbeda dari perkedel mang Dul. Juga si sotong hitam, meskipun agak liat rasa gurih sotong terasa sangat kuat. Nyam.nyam…sarapan gaya nasi rames Cirebon inipun saya tuntaskan.
Saya akui racikan lauk nasi jamblang versi pelabuhan memang bumbunya lebih berani dan nonjok dibandingkan dengan nasi jamblang legendaris mang Dul. Jadi, kalau suka yang lebih 'tenang' bumbunya racikan mang Dul pasti lebih pas ditambah lagi lokasinya strategis dan bersih. Kalau suka gaya asli 'home cooking' Cirebonan memang nasi jamblang pelabuhan cocok sebagai pilihan.
Wah, sayapun tak berkeberatan untuk makan lagi di kedua warung ini. Selain sedap, harganya juga murah. Harga di nasi jamblang pelabuhan juga tak jauh berbeda, rata-rata Rp. 1.000 per lauk. Nah, sebaiknya kalau mampir ke Cirebon, cicipi saja keduanya dan rasakan sensasinya!
[b]
Nasi Jamblang Mang Dul
Jl. Cipto Mangunkusumo 3 atau
Di depan Grage Mal
Cirebon
Nasi Jamblang Pelabuhan
Sebelah taman Ade Irma Suryani
Dekat pelabuhan Cirebon[/b]