Sapa c yang ga tau angkot??di mana2 ada angkot kan??
Setiap hari pergi ke kantor dengan naik angkot membuat saya banyak belajar tentang kehidupan jalanan. Salah satunya adalah tentang macam-macam karakter yang terdapat pada supir angkot itu sendiri.
[img]http://bujanggamanik.files.wordpress.com/2009/04/angkot.jpg[/img]
Jika Anda sama seperti saya, selalu naik angkot saat hendak pergi ke kantor, atau setidaknya pernah naik angkot beberapa kali, maka Anda pasti tahu bahwa ada dua jenis tipe supir. Yang satu suka [i]ngetem[/i] (alias sering berhenti untuk mencari penumpang), yang lain tidak.
Dulunya saya sering menggerutu jika si supir suka [i]ngetem[/i],membuat penumpang yang ada jadi rugi waktu dan merasa jengkel. Namun,jika mau ditilik dari segi tuntutan setoran mereka, maka saya jadi cukup iba juga saat melihat perjuangan mereka untuk memenuhi angkot yang kosong dengan penumpang.
Setelah naik berbagai angkot dengan macam-macam tipe supir, saya mendapat sebuah kesimpulan yang membuat saya belajar satu hal yang penting.
Sebuah angkot tidak akan pernah bisa berjalan maju dengan aman dan leluasa jika sang supir tetap menoleh ke belakang. Mobil itu juga tidak akan sampai pada tujuannya jika sang supir tetap menoleh ke belakang.
Malahan, kerapkali keberuntungan memperoleh penumpang yang berlimpah justru terjadi pada supir yang tidak terlalu [i]ngoyo[/i] dalam mencari penumpang. Seolah-olah dengan membiarkan mobil angkotnya meluncur mulus tanpa [i]ngetem[/i], mereka yakin bahwa akan selalu ada penumpang di depan yang harus diangkut.
Demikian juga dengan hidup kita. Kita seumpama seperti sang supir, dan angkot itu gambaran dari hidup kita.
Kita kerap menoleh ke masa lalu, sehingga kehidupan kita tetap terikat dengan masa lalu itu. Segala kegagalan, kekecewaan, luka hati, maupun popularitas yang mungkin pernah ada di masa lalu masih kita genggam erat dan kita bawa hingga masa kini.
Jika kita tetap menoleh pada masa lalu, maka kita tidak bisa menikmati dengan maksimal hal-hal yang terjadi pada masa kini.
Jika kita tetap menoleh pada masa lalu, maka kita juga tak mungkin bisa meraih masa depan dengan baik.
Jadi,mengapa tidak melepaskan dan merelakan apa yang ada di belakang. Yang sudah terjadi, terjadilah. Kita tidak bisa berbuat apapun untuk mengubah masa lalu, tapi kita masih bisa berbuat sesuatu yang berguna untuk masa kini dan masa mendatang.
Mari kita biarkan kehidupan kita meluncur apa adanya, dan menyambut apa yang ada di depan kita, sebab kita tidak pernah tahu kejutan dan kesempatan apa yang akan kita peroleh di depan nanti. Keep moving forward
Setiap hari pergi ke kantor dengan naik angkot membuat saya banyak belajar tentang kehidupan jalanan. Salah satunya adalah tentang macam-macam karakter yang terdapat pada supir angkot itu sendiri.
[img]http://bujanggamanik.files.wordpress.com/2009/04/angkot.jpg[/img]
Jika Anda sama seperti saya, selalu naik angkot saat hendak pergi ke kantor, atau setidaknya pernah naik angkot beberapa kali, maka Anda pasti tahu bahwa ada dua jenis tipe supir. Yang satu suka [i]ngetem[/i] (alias sering berhenti untuk mencari penumpang), yang lain tidak.
Dulunya saya sering menggerutu jika si supir suka [i]ngetem[/i],membuat penumpang yang ada jadi rugi waktu dan merasa jengkel. Namun,jika mau ditilik dari segi tuntutan setoran mereka, maka saya jadi cukup iba juga saat melihat perjuangan mereka untuk memenuhi angkot yang kosong dengan penumpang.
Setelah naik berbagai angkot dengan macam-macam tipe supir, saya mendapat sebuah kesimpulan yang membuat saya belajar satu hal yang penting.
Sebuah angkot tidak akan pernah bisa berjalan maju dengan aman dan leluasa jika sang supir tetap menoleh ke belakang. Mobil itu juga tidak akan sampai pada tujuannya jika sang supir tetap menoleh ke belakang.
Malahan, kerapkali keberuntungan memperoleh penumpang yang berlimpah justru terjadi pada supir yang tidak terlalu [i]ngoyo[/i] dalam mencari penumpang. Seolah-olah dengan membiarkan mobil angkotnya meluncur mulus tanpa [i]ngetem[/i], mereka yakin bahwa akan selalu ada penumpang di depan yang harus diangkut.
Demikian juga dengan hidup kita. Kita seumpama seperti sang supir, dan angkot itu gambaran dari hidup kita.
Kita kerap menoleh ke masa lalu, sehingga kehidupan kita tetap terikat dengan masa lalu itu. Segala kegagalan, kekecewaan, luka hati, maupun popularitas yang mungkin pernah ada di masa lalu masih kita genggam erat dan kita bawa hingga masa kini.
Jika kita tetap menoleh pada masa lalu, maka kita tidak bisa menikmati dengan maksimal hal-hal yang terjadi pada masa kini.
Jika kita tetap menoleh pada masa lalu, maka kita juga tak mungkin bisa meraih masa depan dengan baik.
Jadi,mengapa tidak melepaskan dan merelakan apa yang ada di belakang. Yang sudah terjadi, terjadilah. Kita tidak bisa berbuat apapun untuk mengubah masa lalu, tapi kita masih bisa berbuat sesuatu yang berguna untuk masa kini dan masa mendatang.
Mari kita biarkan kehidupan kita meluncur apa adanya, dan menyambut apa yang ada di depan kita, sebab kita tidak pernah tahu kejutan dan kesempatan apa yang akan kita peroleh di depan nanti. Keep moving forward