Di Indonesia, persiapan kehamilan secara khusus dengan vaksinasi masih
jarang dilakukan. Kebanyakan perempuan baru datang ke dokter setelah
kehamilan mereka memasuki usia satu atau dua bulan. Padahal, pemberian
vaksin prakehamilan penting bagi pertumbuhan janin. Terlebih lagi pada
8 minggu pertama ketika fase embriologis berlangsung. Pada masa ini
kesehatan ibu harus terjaga secara baik, agar tidak mempengaruhi
pertumbuhan janin.
Ada tiga jenis vaksin yang perlu didapatkan ibu prakehamilan untuk melindungi janinnya, yaitu:
1. Vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Rubela adalah infeksi yang ditandai gejala bercak kemerahan (pink-red
rash) pada wajah yang kemudian menyebar ke bagian tubuh lain. Penyakit
ini disertai demam ringan dan pembesaran kelenjar getah bening. Ibu
hamil yang terinfeksi virus rubela pada tiga bulan pertama, berisiko
mengalami gangguan pembentukan dan perkembangan janin, sebesar 50-85%.
Janin yang terinfeksi rubela, mengalami kelainan yang disebut sindrom
rubela kongenital. Kelainan itu dapat berupa gangguan mata (katarak),
jantung, atau lingkar kepala yang mengecil (mikrosefalus). Pada umur
kehamilan 16-20 minggu, cacat bawaan yang dialami janin adalah gangguan
pendengaran atau tuli. Sedangkan infeksi rubela pada ibu berusia
kehamilan lanjut (lebih dari 20 minggu) jarang menyebabkan cacat
bawaan. Bayi yang mengalami cacat karena rubela akan terus menyandang
kelainan tersebut selama hidupnya. Umumnya 1 dari 10 bayi yang
mengalami infeksi rubela akan meninggal dalam usia satu tahun. Tidak
ada yang dapat dilakukan terhadap janin bila di masa hamil ibu
terinfeksi rubela.
2. Vaksinasi TT (Tetanus Toksoid)
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh racun bakteri Clostridium
tetani. Disebut juga lockjaw karena penderitanya kerap mengalami kejang
pada otot rahang. Bakteri tetanus masuk ke dalam tubuh manusia melalui
luka. Bila ibu terpapar bakteri tersebut selama proses persalinan, maka
infeksi bisa terjadi pada rahim ibu dan pusar bayi yang baru lahir
(Tetanus neonatorum). Biasanya vaksinasi TT ditawarkan pada pasangan
sejak masih calon pengantin. Sayangnya, banyak pasangan yang menolak.
Hal ini terjadi akibat salah pengertian. Banyak yang menyangka bahwa
vaksin TT adalah suntikan kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan.
Meski kasus ibu hamil menderita tetanus sudah jarang ditemui tindakan
pencegahan tetap awal yang baik bukan?
3. Vaksin Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan virus. Infeksi yang
ditimbulkan dapat bersifat akut maupun kronik. Mayoritas penderita akan
menjadi karier (pembawa) tanpa gejala klinis tapi dapat menularkan
penyakit ini karena pada darah terdapat virus hepatitis. Selain dalam
darah, virus ini dapat ditemukan pada urin, feses, dan saliva,
tergantung jenis virus. Sifat penularan virus yang sangat mudah,
menyebabkan hepatitis dapat ditularkan ibu ke janin selama dalam
kandungan, saat dilahirkan, maupun setelahnya. Risiko penularan tetap
tinggi, sekalipun bayi dilahirkan melalui bedah caesar. Meski tidak
ditemukan cacat bawaan pada bayi yang terinfeksi hepatitis B sejak
dalam kandungan atau jika ibu di masa hamil menderita hepatitis B,
bayi-bayi tersebut dapat mengidap penyakit-penyakit hati kronis seperti
hepatitis kronis, sirosis hepatis dan hepatoma (tumor hati yang ganas).
jarang dilakukan. Kebanyakan perempuan baru datang ke dokter setelah
kehamilan mereka memasuki usia satu atau dua bulan. Padahal, pemberian
vaksin prakehamilan penting bagi pertumbuhan janin. Terlebih lagi pada
8 minggu pertama ketika fase embriologis berlangsung. Pada masa ini
kesehatan ibu harus terjaga secara baik, agar tidak mempengaruhi
pertumbuhan janin.
Ada tiga jenis vaksin yang perlu didapatkan ibu prakehamilan untuk melindungi janinnya, yaitu:
1. Vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Rubela adalah infeksi yang ditandai gejala bercak kemerahan (pink-red
rash) pada wajah yang kemudian menyebar ke bagian tubuh lain. Penyakit
ini disertai demam ringan dan pembesaran kelenjar getah bening. Ibu
hamil yang terinfeksi virus rubela pada tiga bulan pertama, berisiko
mengalami gangguan pembentukan dan perkembangan janin, sebesar 50-85%.
Janin yang terinfeksi rubela, mengalami kelainan yang disebut sindrom
rubela kongenital. Kelainan itu dapat berupa gangguan mata (katarak),
jantung, atau lingkar kepala yang mengecil (mikrosefalus). Pada umur
kehamilan 16-20 minggu, cacat bawaan yang dialami janin adalah gangguan
pendengaran atau tuli. Sedangkan infeksi rubela pada ibu berusia
kehamilan lanjut (lebih dari 20 minggu) jarang menyebabkan cacat
bawaan. Bayi yang mengalami cacat karena rubela akan terus menyandang
kelainan tersebut selama hidupnya. Umumnya 1 dari 10 bayi yang
mengalami infeksi rubela akan meninggal dalam usia satu tahun. Tidak
ada yang dapat dilakukan terhadap janin bila di masa hamil ibu
terinfeksi rubela.
2. Vaksinasi TT (Tetanus Toksoid)
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh racun bakteri Clostridium
tetani. Disebut juga lockjaw karena penderitanya kerap mengalami kejang
pada otot rahang. Bakteri tetanus masuk ke dalam tubuh manusia melalui
luka. Bila ibu terpapar bakteri tersebut selama proses persalinan, maka
infeksi bisa terjadi pada rahim ibu dan pusar bayi yang baru lahir
(Tetanus neonatorum). Biasanya vaksinasi TT ditawarkan pada pasangan
sejak masih calon pengantin. Sayangnya, banyak pasangan yang menolak.
Hal ini terjadi akibat salah pengertian. Banyak yang menyangka bahwa
vaksin TT adalah suntikan kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan.
Meski kasus ibu hamil menderita tetanus sudah jarang ditemui tindakan
pencegahan tetap awal yang baik bukan?
3. Vaksin Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan virus. Infeksi yang
ditimbulkan dapat bersifat akut maupun kronik. Mayoritas penderita akan
menjadi karier (pembawa) tanpa gejala klinis tapi dapat menularkan
penyakit ini karena pada darah terdapat virus hepatitis. Selain dalam
darah, virus ini dapat ditemukan pada urin, feses, dan saliva,
tergantung jenis virus. Sifat penularan virus yang sangat mudah,
menyebabkan hepatitis dapat ditularkan ibu ke janin selama dalam
kandungan, saat dilahirkan, maupun setelahnya. Risiko penularan tetap
tinggi, sekalipun bayi dilahirkan melalui bedah caesar. Meski tidak
ditemukan cacat bawaan pada bayi yang terinfeksi hepatitis B sejak
dalam kandungan atau jika ibu di masa hamil menderita hepatitis B,
bayi-bayi tersebut dapat mengidap penyakit-penyakit hati kronis seperti
hepatitis kronis, sirosis hepatis dan hepatoma (tumor hati yang ganas).